Daftar jenis satwa non-burung yang tercatat di kawasan Kebun Raya Mangrove Surabaya
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kami mencatat 12 jenis fauna non burung dengan total 52 individu yang terdiri dari 7 jenis insecta; 2 jenis herpetofauna; dan 3 jenis mamalia seperti yang disajikan pada tabel 04.
Dari semua jenis yang teramati, tercatat 2 jenis mamalia yang termasuk kedalam jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK no. p106 tahun 2018; yaitu jenis Prionailurus javanicus dan Prionailurus vivernus; dengan jenis P. vivernus termasuk satwa dengan status terancam (VU) berdasarkan RedList IUCN.
Jumlah jenis satwa liar yang dijumpai selama pengamatan di lokasi revegetasi lahan wilayah lereng Gunung Arjuna sebanyak 41 jenis terdiri dari mamalia 7 jenis, burung 32 jenis dan herpetofauna 2 jenis. Ini merupakan pengamatan pertama kali untuk melakukan pengukuran indeks keanekaragaman hayati di wilayah lereng Gunung Arjuna yang merupakan kegiatan kemitraan antara Perhutani dengan PT United Tractors. Berdasarkan pengelompokan family (suku), maka pada kelompok mamalia terdapat dua family yang masing-masing memiliki jumlah 2 jenis, sedangkan lainnya hanya beranggotakan satu jenis. Pada taksa burung, family dengan jumlah anggota jenis paling banyak adalah pada kelompok Columbidae dengan jumlah anggota sebanyak 4 jenis. Jumlah jenis ini diprediksi akan semakin bertambah mengingat masih ada peluang perjumpaan pada tempat-tempat lain yang sulit untuk diamati. Pada taksa burung, jenis yang dijumpai merupakan kelompok burung penghuni wilayah dataran tinggi atau pegunungan. Beberapa jenis memang spesifik daerah pegunungan seperti ciung batu siul (Myophonus caeruleus). Berikut adalah komposisi jumlah jenis pada masing-masing taksa satwa liar di wilayah pengamatan lereng gunung Arjuna.
Tabel 4. Status konservasi satwa liar pada lokasi pemantauan wilayah Gunung Arjuna
Ket. D (Dilindungi), TD (Tidak Dilindungi), LC (Least Concern/Kurang diperhatikan), NT (Near Threatned/Mendekati Terancam), VU (Vulnerable/rentan), EN (Endangered/genting)
Hasil identifikasi status perlindungan satwaliar berdasarkan peraturan menteri kehutanan P 106 tahun 2018 menunjukan bahwa terdapat enam jenis satwaliar yang dilindungi dengan rincian pada taksa burung sebanyak lima jenis diantaranya bubut jawa (Centropus nigrorofus), kipasan belang (Rhipidura javanica), betet biasa (Psittacula alexandri), elang hitam (Ictinaetus malayensis), dan elang-ular bido (Spilornis cheela), Elang-alap cina (Accipiter soloensis) dan satu jenis pada kelas herpetofauna yaitu kobra raja (Ophiopagus hannah). Berdasarkan status keterancaman dalam daftar merah IUCN menunjukan bahwa teidentifikasi dua jenis satwaliar dengan status rentan (vulnerable/VU) masing-masing pada kelas mamalia yaitu monyet-ekor panjang (Macaca fascicularis) dan burung yaitu kerak kerbau (Javan myna) dan pada kelas herpetofauna yaitu O hannah. Jenis ini juga teridentifikasi sebagai jenis yang masuk dalam kategori perdagangan dunia pada Appendix II yaitu spesies yang sebenarnya sudah tidak dapat diperdagangkan kecuali dengan pembatasan (quota). Jenis lain yang teridentifikasi masuk dalam CITES Appendix II sebanyak 7 jenis sehingga total terdapat 8 jenis. Ringkasan status konservasi satwaliar pada lokasi yang dijumpai dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3), sedangkan daftar lengkap mengenai status perlindungan, keterancaman dan tingkat perdagangan dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 3. Status konservasi satwaliar di Taman Hutan Kampus IPB Dramaga
Ket. D (Dilindungi), TD (Tidak Dilindungi), LC (Least Concern/Kurang diperhatikan), NT (Near Threatned/Mendekati Terancam), VU (Vulnerable/rentan), * jenis migrant
Dokumentasi beberapa jenis burung yang dijumpai secara langsung di lokasi pengamatan Taman Hutan Kampus IPB Dramaga: a). wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), b). caladi tilik (Picoides moluccensis), c). sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), d). Raja-udang meninting (Alcedo meninting)
Jumlah jenis satwaliar pada tahun ini terpantau tidak ada penambahan jumlah jenis dibandingkan dengan pemantauan pada periode sebelumnya pada keseluruhan taksa satwaliar. Hasil perjumpaan tersebut sepertinya sudah paling banyak, mengingat areal taman hutan head office umumnya merupakan habitat buatan dan cenderung seragam yang sangat sedikit tumbuhan sumber pakan bagi satwaliar, sehingga hanya jenis burung yang menyukai habitat terbuka yang berkunjung ke areal taman hutan head office, sedangkan tipe burung yang cenderung menyukai habitat berhutan dengan kerapatan tinggi tidak akan memilih tempat seperti ini. Berikut adalah grafik perbedaan komposisi jumlah jenis burung pada empat periode pengamatan.
Komposisi jenis burung pada empat periode pengamatan di lokasi taman hutan head office PT United Tractors Tbk
Jumlah jenis satwaliar yang dijumpai di wilayah taman UT-KBT pada tahun ini tidak ada penambahan jenis pada keseluruhan taksa mamalia, burung dan herpetofauna. Satwaliar yang berada di wilayah ini merupakan satwa yang menyukai habitat terbuka dan sudah terbiasa dengan aktifitas manusia. Sehingga sangat sulit dijumpai satwaliar lain yang bukan merupakan jenis umum dijumpai di wilayah perkotaan dengan kondisi habitat buatan dan terganggu dengan aktifitas manusia. Tipe habitat yang ada cenderung tidak memberikan variasi sumber pakan yang banyak bagi satwa. Berikut adalah komposisi jenis satwaliar pada empat periode pengamatan di taman hutan Kanal Banjir Timur
Komposisi jenis satwaliar di lokasi pemantauan taman UT-KBT